Harlah ke-38, Lakpesdam PBNU Gelar Diskusi Bahas Positioning NU Ditahun Politik

Memperingati Hari Lahir (Harlah) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU ke-38 diselenggarakan kegiatan diskusi sederhana dan silaturahim. Kali ini diskusi sebagai pemantik kajian digelar dengan tema “Positioning NU Ditahun Politik” yang dihadiri oleh segenap pengurus dan jajaran staf di Lakpesdam PBNU. Hadir sebagai narasumber, Dr. Muhammad Qodari, S.Psi., M.A. seorang pengamat politik dan peneliti Indonesia.

Sebelum diskusi dimulai, terlebih dahulu forum dibuka dengan pembacaan tahlil yang dipimpin KH Ahmad Syatiri lalu kemudian kegiatan diskusi dimoderatori Sekretaris Lakpesdam PBNU, Hasanuddin Ali. Saat awal membuka diskusi pria yang juga CEO Alvara Research Center ini mengungkapkan topik diskusi ini dipilih dengan dua alasan, pertama karena memang masa-masanya tahun politik sehingga banyak hal yang ketika terjadi dikaitkan dengan politik.

“Contoh kecil saja ketika batal piala dunia, beimplikasi dengan peta politik kita,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hasan mengemukakan alasan kedua, yakni di tengah konstelasi politik saat ini, NU harus memposisikan diri seperti apa?. “Meskipun secara organisasi NU ini tidak memihak dengan salah satu kandidat Capres, tapi secara individu warga NU bisa mendukung kandidat, bergabung dengan partai mana pun dan itu sah-sah saja,” imbuhnya.

Selanjutnya, narasumber kegiatan, Qodari, memaparkan untuk posisi NU di tengah konstelasi politik ini jika dianalisa untuk posisi NU, sudah pasti memang NU selalu diperhitungkan saat konstelasi politik di Indonesia dari masa ke masa.

“Contoh saja tahun 2019 Makruf Amin, 2014 Jusuf Kalla,2009 ada Jusuf Kalla, 2004 ada Hasyim Muzadi dan Sholahudin Wahid,” jelas lulusan Psikologi Sosial Universitas Indonesia ini.

Hal yang sama menurutnya diprediksi juga terjadi pada Pemilu 2024 ini. Banyak sekali tokoh NU yang turut berperan dan bisa menjadi magnet untuk dicalonkan sebagai kandidat baik yang ada di partai maupun di wilayah pemerintahan atau tokoh nasional.

“Secara analisis, dari tokoh partai ada Cak Imin dan tokoh PPP, dari pemerintahan ada Mahfud MD, kemudian juga Gus Yahya, yang meskipun berstatemen tidak ingin berpolitik, tapi apapun kemungkinan bisa terjadi. Kemudian, ada juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menurut saya sangat bisa dipertimbangkan apalagi Jatim menjadi provinsi besar, dan menjadi kunci kemenangan pada Pilpres di Indonesia,” rincinya.

Diskusi pun berlangsung gayeng, yang diakhiri dengan ramah tamah dan buka bersama sekaligus potong tumpeng oleh Ketua Lakpesdam PBNU, Gus Ulil Abshar Abdalla. Potongan tumpeng pertama diberikan kepada orang terlama yang setia berkhidmat di Lakpesdam PBNU sebagai Ketua Perpustakaan Lakpesdam, Pak Ahmad Syatiri.

Bagikan